Social Icons

Pages

Jumat, 27 Juni 2014

Paracetamol VS Ibuprofen

DEMAM atau sakit kepala? Cukup membeli obat warung, minum dan bersabar menanti khasiatnya. Jika tidak ada perubahan, baru berkonsultasi ke dokter. Namun, saat ini ada banyak jenis obat yang beredar di pasaran dengan kandungan yang bervariasi.

Paracetamol dan Ibuprofen merupakan dua obat yang paling banyak beredar di Indonesia sebagai obat demam dan pereda nyeri, terutama untuk anak-anak. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Lalu yang mana yang harus kita pilih?

PARACETAMOL
Paracetamol
Paracetamol merupakan obat degan efek antipiretik (penurun panas) dan analgesik (pereda nyeri) yang cukup kuat, namun tidak memiliki anti-inflamasi (anti radang). Oleh karena itu, ia lebih banyak digunakan sebagai pereda demam dan nyeri pada anak-anak.

Paracetamol aman diberikan dalam dosis tinggi, dengan efek samping rendah terhadap saluran cerna, sehingga dapat diberikan saat perut kosong. Namun pada dosis yang terlalu tinggi atau jika dikonsumsi terus menerus jangka panjang (lebih dari beberapa minggu), paracetamol dapat bersifat racun dan merusak hati.

Cara mengkonsumsi obat paracetamol yang tepat yaitu selama menggunkan paracetamol, hindari penggunaan obat flu, alergi, atau anti nyeri lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Jika paracetamol banyak digunakan dalam kombinasi bersama obat lain, sehingga dapat terjadi over dosis. Efeknya bisa menimbulkan kerusakan serius pada hati, terutama pada mereka yang sering meminum minuman beralkohol.

Dosis berlebihan pada paracetamol biasanya ditandai dengan hilangnya nafsu makan, mual, muntah,  nyeri perut, keringat dingin, dan kebingungan atau rasa lemas di seluruh tubuh. Bila terjadi keracunan berat, dapat timbul nyeri pada perut bagian atas, urin warna gelap, dan kunging pada kulit dan bagian putih mata.

IBUPROFEN
Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) yang memiliki efek analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi. Ia bekerja dengan menghambat enzim sklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2),  yang berperan dalam pembentukan prostaglandin. Pemberian ibuprofen dapat memperpanjang masa pendarahan dan efek negatif terhadap fungsi trombosit, sehingga tidak boleh diberikan pada demam berdarah.

Dalam hal menurunkan demam, ibuprofen dapat bekerja lebih cepat dibanding paracetamol, dan efektivitasnya dalam menurunkan demam sedikit lebih baik dibanding paracetamol, terutama pada 6 jam pertama.

Ibuprofen dapat juga digunakan untuk sakit gigi, sakit pinggang, nyeri sendi, nyeri haid atau saat terjadi cedera atau luka. Ia termasuk golongan OAINS sehingga dapat menyebabkan gangguan pada jantung atau stroke, terutama jika digunakan dalam kurun waktu yang lama. Jangan mengkonsumsi ibuprofen sebelum atau setelah pembedahan jantung. Bila terjadi nyeri dada, rasa lemas, sesak napas, bicara cadel, atau gangguan penglihatan dan keseimbangan setelah menggunakan ibuprofen, segera hubungi dokter.

Efek samping ibuprofen antara lain :
1.      Perdarahan darah pada saluran cerna, terutama pada orang lanjut usia yang ditandai dengan feses berwarna kehitaman.
2.      Berdarah atau seperti tar.
3.      Batuk atau muntah darah berwarna seperti kopi.

Sebelum mengkonsumsi ibuprofen sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker jika Anda memiliki riwayat serangan jantung, stroke atau sumbatan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, riwayat perdarahan lambung, asma, polip hidung, gangguan hati atau ginjal, lupus, gangguan perdarahan atau pembekuan darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar